Minggu, 04 November 2018

pengertian isim, fi'il, dan haraf



Secara bahasa diambil dari kata  سَمَى يَسْمُو سَمْوًا  Yaitu dari fi'il bina naqis wawu yang artinya  naik, nama, tinggi,  dan lainnya   menurut ulama Bashrah, sedangkan lawannya yaitu ulama Kuffah mengambilnya dari kat وَسَمَ يَسِمُ سِمَةً وَوَسْمًا  Yaitu fi'il bina misal wawu yang artinya tanda, cap, Dari berbagai pendapat diatas para ulama mengunggulkan pendapat ulama Bashrah karena kalau di tashgier akan menjadi سُمَيٌّ Sedangkan kalau dijamakkan akan menjadi      أَسْمَاءُSedangkan pendapat ulama kuffah kalau tashggier akan menjadi  وُسَيْمٌ  sedangkan jamaknya menjadi  أَوْسَمٌ. Sedangkan isi enurut istilah ilu nahwu adalah
كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَى مَعْنىً فِى نَفْسِهَا وَلَمْ تُقْتَرَنْ بِزَمَانٍ وَضْعاً
Kalimat yang menunjukan terhadap satu makna dalam datiyyahnya dengan keadaan tidak di barengi oleh zaman secara wadhanya
Isim ini biasa digunakan untuk kata benda atau sifati’rabnya contoh seperti زَيْدٌ عَالِمٌ. Dalam definisi diatas diberi qayyid dengan kata tidak dibarengi oleh zaman itu menandakan bahwa isim itu hanya hadast artinya peristiwa saja contoh seperti yang diatas lapadz ‘alimun tidak mempunyai zaman entah kapan, sejak kapan Zaid menjadi seorang yang alim yang artinya Zaid yang berimu. Didalam ilmu nahwu isim itu beraneka ragam ada isim dhzahir, isim dhamir, isim isyarah dan yang lainnya.  Isim tersebut memiliki ciri adapun ciri tersebut dalam kitab al-jurumiyyah ada tiga yaitu i’rabnya khafad, tanwin, dan kemasukan alif elam. Sedangkan Ibnu Malik menambahkannya dengan nida, dan jadi sebagai musnad ilaih.
بِالجَرِّ وَالتَنْوِيْنِ وَالنِدَا وَأَلْ           وَمُسْنَدٍ لِى الإِسْمِ تَمْيِيْزٌ حَصَلَ
Dengan jar, tanwin, nida’, al, dan jadi musnad ilaih sudah hasil perbedaan bagi isim
Contoh seperti يَا زَيْدٌ عَمْرٌ قَائِمٌ فِى المَسْجِدِ
Dari segi hukum i’rabnya isi itu mu’rab tapi ada juga isim yang mabni, memang pada asalnya hukum I’rabnya isim adalah mu’rab. Untuk penjelasan lebihnya ada di bagian yang lain.
Fi’il,
Fi’il menurut bahasa adalah sesuatu yang menunjukan terhadap suatu pekerjaan, sedangkan menurut istilah ialah
كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَى مَعْنًى فِى نَفْسِهَا وَاقْتُرِنُتْ  بِزَمَانٍ وَضْعًا
Kalimat yang menunjukan terhadap sebuah makna yang terkandung didalamnya dengan di barengi oleh zaman secara wadhanya  
 Jadi fi’il itu ialah kalimat yang memiliki hadast dan zaman yang mana zaman terdiri dari 3 zaman yaitu zaman madhi, hal dan istiqbal. Zaman madhi yang terdapat dadlam fi’il madhi dan hal serta istiqbal untuk fi’il mudhari, amr, dan nahyi contoh fi’il madhi  قَدْ قَامَ عَمْرٌ فِى المَسْجِدِ Zaid terbukti sudah berdiri dimesjid contoh fi’il mudhari يَضْرِبُ زَيْدٌ Zaid sedang/akan memukul contoh fii amr dan nahyi لَاتَضْرِبْ أُنْصُرْ, tolonglah amr, jangan pukul Umar
Sebagaimana halnya isim, fi’ilpun memiliki beberapa tanda tanda yaitu ta ta nist untuk fi’il madhi contoh seperti  نَصَرَتْ  saufa, sin tanfis dan saufa untuk fi’il mudhari contoh sin tanfis seperti   سَيَفْعَلُ زَيْدٌartinya sebentar lagi Zaid akan mengerjakannya, contoh saufa seperti lapadz
سَوْفَ يَنْصُرُ زَيْدٌ artinya Zaid akan menolong namun dalam jangka waktu yang lama/jauh. Dalam kitab alfiyyah dikatakan
بِتَا فَعَلْتَ وَأَتَتْ وَيَفْعَلِى        وَنُوْنِ أَقْبِلَنَّ فِعْلٌ يَنْجَلِى
Dengan ta yang terdapat dalam wazan fa’alta dan atat dan seperti ya wazan if’aliy dan nun yang terdapat dalam aqbilanna fi’il itu sudah jelas
Dalam bait ini disebutkan bahwa tanda fi’il itu ta ta’nist, ya yang terdapat dalam if’aliy yaitu ya mufrad muannast mukhatab dan nun yang ada lapadz aqbilanna yaitu nun taukid baik staqilah maupun khafifah
Untuk hukum I’rabnya pada ashalnya adalah mabni kecuali fi’il mudhari yang tidak kemaskan dhamir nun jamak muannast.
3.  haraf                               
Haraf ialah yang selain isiim dan fi’il yang mana haraf akan memilki makna jika di sandingkan dengan isim atau fi’il. Untuk wadha’ hururfnya ini tidaklah lebih dari dua sedangkan untuk I’rabnya sendiri hukumnya adalah mabni dan semua haraf mabni sebagaimana yang terdapat dalam bait al-fiyyah
وَكُلُّ حَرْفٍ مُسْتَحِقٌّ لِلبِنَا       وَالأَصْلُ فِى المَبْنِيِّ أَنْ يُسَكَّنَا
Semua haraf itu wajib hukumnya mabni dan asal I’rab dari mabni adalah sukun
Contoh seperti أُنْصُرِ المُسْلِمَ yang menjadi contohnya lapadz أُنْصُرْ dibaca أُنْصُرِ I’rabnya sukun tetapi jika dihadapkan pada alif lam atau hamzah washal maka barisnya di jarkan sebagai tuntutan asal I’rab fi’il yaitu mabni


Sabtu, 22 September 2018

pengertian isim, fi'il, dan haraf


Pengertian isim, fi’il, dan haraf

Isim. 

Pengertian isim,-  Secara bahasa diambil dari kata. سَمَى يَسْمُو سَمْوًا  Yaitu dari fi'il bina naqis yang artinya.  menurut ulama Basyrah, sedangkan lawannya yaitu ulama Kuffah mengambilnya dari kata. وَسَمَ يَسِمُ سِمَةً وَوَسْمًا  Yaitu fi'il bina misal wawu yang artinya  . Dari berbagai pendapat diatas para ulama mengunggulkan pendapat ulama Basyrah karena kalau di tashgier akan menjadi سُمَيٌّ Sedangkan kalau dijalankan akan menjadiأَسْمَاءُ Sedangkan pendapat ulama kuffah kalau tashgirnya terhadap lapadz  وُسَيْمٌ  sedangkan untukjamknya kepada lapadz   أَوْسَمٌّ.

Sedangkan menurut istilah nahwu ialah
كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَى مَعْنًى فِى نَفْشِهَا وَلَمْ تُقْتَرَنْ  بِزَمَانٍ وَضْعًا
Kalimat yang menunjukan terhadap satu makna dalam datiyyahnya dengan keadaan tidak di barengi oleh zaman secara wadhanya
Isim ini biasa digunakan untuk kata benda atau sifat i’rabnya contoh seperti زَيْدٌ  untuk kata benda atau orang, كَرِيْمٌ  untuk kata sifat. Dalam definisi diatas diberi kayyid dengan kata tidak dibarengi oleh zaman itu menandakan bahwa isim itu hanya hadast saja artinya peristiwa saja. Didalam ilmu nahwu isim itu beraneka ragam ada si dhzahir, isim dhamir, isim isyarah dan yang lainnya.  Isim tersebut memiliki ciri adapun ciri tersebut dalam kitab al-jurumiyyah ada tiga yaitu i’rabnya khafad, tanwin, dan kemasukan alif elam. Sedangkan Ibnu Malik menambahkannya dengan nida, dan jadi sebagai musnad ilaih.
بِالجَرِّ وَالتَنْوِيْنِ وَالنِدَا وَاَلْ        وَمُسْنَدٍ لِلإِسْمِ تَمْيِيْزٌ حَصَلْ
Dengan sebab jar, tanwin, nida, alif elam, dan menjadi musnad ilaih pembeda untuk isim telah ada
Contoh seperti مَرَرْتُ بِزَيْدٍ, يَازَيْدُ, زَيْدٌ قَائِمٌ    
Dari segi hukum i’rabnya isi itu mu’rab tapi ada juga isim yang mabni, memang pada asalnya hukum I’rabnya isim adalah mu’rab dan wadha' hurufnya isim ini jika mujarad hurufnya tidak kurang atau leebih dari lima cntoh   jika  majid batasannya sampai tujuh contoh   Untuk penjelasan lebihnya ada di bagian yang lain.
Fi’il,
Fi’il,- menurut bahasa adalah sesuatu yang menunjukan terhadap suatu pekerjaan, sedangkan menurut istilah ialah
كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَى مَعْنًى فِى نَفْسٍهَا وَاقْتُرِنَتْ بِزَمَانٍ وَضْعًا
Kalimat yang menunjukan terhadap sebuah makna yang terkandung didalamnya dengan di barengi oleh zaman secara wadhanya
Yang terkandung dalam fi’il bukan hanya hadast saja sebagaimana yang terdapat dalam isim tetapi harus dibarengi oleh zaman entah itu zaman madhi didalam fi’il madhi, zaman hal dan istiqbal  didalam fiil mudhari dan fi’il amar, namun fi’il amar dan nahyi berupa perintah dan larangan. Untuk tanda tandanya ialah untuk tanda dari fi’il madhi yaitu kemasuukan ta ta’nist, sin dan saufa  untuk fi’il mudhari serta qad untuk fil’il madhi dan mudhari.   قد قام, سينصر, سوف ينصر  Sebagaimana yang terdapat dalam kita al-fiyyah.
بِتَا فَعَلْتَ وَأَتَتْ وَيَفْعَلِى        وَالنُوْنِ أَقْبِلَنَّ فِعْلٌ يَنْجَلِى
Dengan sebab ta’ yang terdapat dalal kata fa’alta dan atatn dan ya yeng terdapat dalam ‘if’aly dan un yang terdapat dalam lapadz aqbilanna bagi fi’il itu terjelaskan
Untuk hukum i’rabnya pada asalnya adalah mabni namun ada yang mu’rab yaitu fi’il mudhari kecuali yang dhamir jamak muannast contohnya yaitu ketika fi’il mudhari kemasukan an amil nashib أَنْ يَنْصُرَ  
Haraf
haraf,-ialah Artinya yang buka isim dan fi’il
Untuk haraf ini hanya memiliki wadha huruf sampai dua dan tidak bisa beramal kecuali dengan bersandar terhadap kalimat lain contoh seperti لم  ia tidak memiliki makna jika tidak bersandar terhadap kalimah yang lain, tetapijika sudah bersandar maka akan memilki makna contoh لَمْ يَنْصُرْ  artinya dia laki laki tidak menolong. Untuk hukum i’rabnya ialah mabni dan selamanya haraf itu mabni.



Rabu, 12 September 2018

Pengertian i'rab dalam ilmu nahwu


Pengertian i'rab dalam ilmu nahwu,- Dalam kaidah kaidah bahasa arab ada banyak sekali mengenai aturan aturannya salah satunya adalah i’rab, yang merupakan garapan ilmu nahwu. Adapun i'rab secara bahasa diambil dari kata  artinya اَعْرَبَ يُعْرِبُ إِعْرَابًا pengaraban, ekspresi, atau baris, juga memiliki arti الإِبَانَة menjelaskan, ُالإِجَالَة mengembara, mengelilingi, التَحْسِيْنُ kebaikan ِإِزَالَةُ الفَسَد menghilangkan kemadaratan. Sedangkan menurut istilah ialah.

تَغْيِيْرُ أَوَاخِرِ الكَلِمِ لِاخْتِلَافِ العَوَامِلِ الدَاخِلَةِ عَلَيْهَا لَفْظًا أَوْتَقْدِيْرًا
Artinya berubahnya akhir kalimah dikarenakan berbeda bedanya amil yang memerintah, secara lapadz atau taqdiranya.
Menurut kitab imrithinya
إِعْرَابُهُمْ تَغْيِيْرُ آخِرِالكَلِمِ         تَقْدِيْرًا أَوْلَفْظًا لِعَامِلٍ عُلِمَ
I’rab menurut ulama nahwu ialah berubahnya akhir kalimat secara taqdiri aau lapdzi karena amil
yang telah diketahui


Dari definisi diatas dapat di artikan bahwa i'rab itu perubahan ujung kalimah yang disebabkan oleh amil, amilnyapun berupa amil lapdzi atau maknawi.  Amil lapdzi yaitu amil yang tampak seperti fi'il dan yang lainnya sedangkan amil maknawi yaitu amil yang tidak terlihat keamilannya yang terdiri dari dua macam yaitu ibtida’ dan tajarrud,  ibtida amil dari mubtada dan tajrrud amil dari fi'il mudhari karena dari golongan fi'il hanya fi'il mudhari yang mu"rab. Untuk penjelasannya lebihnya ada dalam penjelasan mubtada dan fi'il tentang amil. Perubahan i'rabnya, secara lapdzi atau taqdiri, perubahan i'rab secara lapdzi ialah perubahan yang   yaitu yang dapat diucapakn, ditrawang, didengar dalam pengucapannya dan dapat dilihat dalam segi penulisannya. Dalam artian perubahan i'rabnya terlihat jelas contoh  قَامَ زَيْدٌ, رَأَيْتُ زَيْدًا, مَرَرْتُ بِزَيْدٍ. lapadz Zaidun yang pertama i’rabnya rafa’ karena amilnya memerintahkannya untuk rafa’ karena sebagai fa’il, yang kedua dibacca Zaidan i’ rabnya nashab karena amilnya memerintahkannya untuk menjadi maf’ul sedangkan ‘irabnya maf’ul adalah nashab, yang ketiga dibaca Zaidin karena dijarkan oleh haraf jar yaitu haraf yang mengkhafadz kalimat yang bersandar kepadanya.  I’rab taqdiri ialah i’rab yang mana perubahan i’rabnya tidak terlihat, tidak jelas. Ini terjadi pada pada isim manqus atau isim maqsur, supaya jelas langsung pada contoh جَاءَ الفَتَي, ,   semua i’rab lapadz fataa semuanya sama mau rafá, nashab, dan khafadz dibacanya الفَتَي ini disebut i’rab muqaddarah terhadap iya. Cara mengi’rabnya ialah untuk lapdz fataa yang pertama, i’rabnya rafa’sebagai fa’il dengan tanda i’rabnya dhammah muqaddarah terhadap iya. Lapadz fataa yang kedua i’rabnya nashab sebagai mafúl dengan tanda fatah muqaddarah terhadap iya. Lapadz fataa yang ketiga i’rabnya khafadz karena di jarkan oleh haraf jar, dengan tanda I’rabnya kasrah muqaddarah terhadap iya. Semua isim manqus i’rabnya muqaddarah illatnya ialah    Karena susah, dalam artian susah dalam penglafalannya bagi orang Arab.
Pengi'raban ini merupakan suatu yang menjadi pokok dalam garapan ilmu nahwu. I'rab itu sendiri ada empat yaitu raf ( رفع )   nashab  ( نصب )  khafadh ( خفظ ) dan jazm  ( جزم ). Masing masing dari i'rab tersebu tada yang di peruntukan bagi isim,  dan bagi fi'il dan ciri-ciri dari masing masing i'rab tersebut
Pertama,  i'rab yang diperuntukan / dikhususkan bagi isim yaitu rafa', nashab,  dan khafadz contoh sperti,جَاءَ زَيْدٌ  untuk i'rab (rafa’) رَأَيْتُ زَيْدًا (nashab) مَرَرْتُ بِزَيْدٍ (Khafadz) dan tidak ada i'rab jazm.
Kedua, i'rab yang diperuntukan bagi fi'il yaitu rafa', nashab dan jazm   (rafa')  (nashab)   (jazm) dan tidak ada i'rab khafadz.
Adapun i’rab beserta tanda-tandanya sebagaimana yang ada dibawah ini;
1. Rafa' mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Dhammah, terdiri dari beberapa jenis yaitu isim mufrod,  jamak taksir, jamak muannast Salim dan fi'il mudhari yang kosong dari dhamir tastniyyah dan wau jamak contoh
Isim mufrad, جَاءَ زَيْدٌ   jamak taksir,    jamak muannas salim,   fiil mudhari yyang kosong dari dhamir tastniyyah dan jamak ُيَضْرِبُ, تَضْرِبُ, تَضْرِبُ, أَضْرِبُ, نَضْرِب
2. Wawu,  terdiri hanya satu jenis yaitu asmaa al khamsah  isim lima yaitu أَبُو, أَخُو, فَمُو, ذُو, هَمُو 
3. Alif, terdiri hanya satu jenis yaitu isim tastniyyah قَامَ رَجُلَانِ, وَجَاءَ قَوْمَانِ
4. Nun,  terdiri dari fi'il mudhari yang kemasukan dhomir tasniyyah, wawu jamak dan ya mufradah muannastah baik ghaib maupun mukhatab
يَنْصُرَانِ, تَنْصُرَانِ, يَنْصُرُوْنَ,  تَنْصُرُوْنَ, تَنْصِرِيْنَ, تَنْصُرَانِ
2. Nashab mempunyai ciri ciri sebagai berikut
1. Fatah, terdiri dari beberapa jenis yaitu isim mufrod,  jamak takstir, dan fi'il mudhari yang sudah dimasuki amil an-nashib yaitu amil yang mengubah i'rab fi'il mudhari dari yang tadinya rafa' menjadi nashab, contoh isim mufrad,    jamak taksir,     fiil mudhari أَنْ يَضْرِبَ 
2. Alif, yaitu untuk asmaul khamsah yang terdiri dari lapadzرَأَيْتُ أَبَاكَ, أَخَاكَ, فَاكَ, ذَا, هَمَاكَ  contoh seperti    جِئْتُ أَبَاكَ
3. Kasrah,  diperuntukan untuk jamak muannast  salim, contoh   نَصَرْتُ مُسْلِمَاتٍ
4. Ya, diperuntukan untuk tastniyyah dan jamak mudzakar salim contoh  َوَرَأَيْتُ الذَكَرِيْن جِئْتُ المُسْلِمًتَيْنِ,   
5. Hadfu, diperuntukan untuk fi'il mudhari dalam nashab dan jazm berupa hazdfunnun atau hazdfu harfi illat, contoh hazadfunnun  yaitu fiíl mudhari yang shahihulakhir
أَنْ يَضْرِبَا أَنْ يَضْرِبُوا أَنْ تَضْرِبَا أَنْ تَضْرِبَا أَنْ تَضْرِبُوا أَنْ تَضْرِبِى أَنْ تَضْرِبَا
  Contoh untuk hazdfu harfillillati.
أَنْ يَغْزُوَا أَنْ تَغْزُوَا أَنْ تَغْزُوَا أَنْ تَغْزُو أَنْ تَغْزُوَا أَنْ تَغْزِى  

3. Khafadz,  mempunyai ciri ciri sebagai berikut
 1   Kasrah, diperuntukan bagi isim mufrad,  Jamal taksir, Dan Jamak muannast salim
Contoh isim mufrad, مَرَرْتُ بِزَيْدٍ   jamak taksir,  مَرَرْتُ مَعَ الْعُلَمَاءِ    jamak muannast salim  مَرَرْتُ بمُسْلِمَاٍت 
2. Ya, diperuntukan bagi asma al-khamsah, isim tastniyyah Dan Jamal muzdakar salimContoh isim tastniyah,  لِغُلَمَيْنِ دِرْهَمٌ   jamak mudzakar salim,  َمَرَرْتُ بِالْمُسْلِيْن 
3. Fath, diperuntukan bagi isim ghair munsharif yaitu isim yang tidak menerima salah satu ciri dari isim  yaitu tanwin  contoh isim ghair munsharif   َجِئْتُ  بِإِبْرَاهِيْم 
4. Jazm,  hanya mempunyai dua ciri yaitu
1. Sukun,  yaitu ketika fi'il mudhari yang huruf terakhirnya shahih bukan illat dan kosong dari  dhamir  tastniyyah dan wawu jama, Contoh  ْلَمْ يَنْصُرْ لَمْ تَنْصُرْ لَمْ تَنْصُرْ لَمْ أَنْصُرْ لَمْ نَنْصُر
2. Hadfu, terbagi dua yaitu hazdfu nnun dan hazdfu harfillillat, yaitu ketika fi'il mudhari yang terakhirnya terdiri dari haraf iilat, dan hazdfunnun ketika fi'il mudhari dari shahihulakhir yang shahih akhir hurufnya bertemu dhamir tastniyyah dan wawh jamak, serta ya mufrad muannast mukhatab.
    Conntoh hadzfunnnunni
لَمْ يَنْصُرَا لَمْ يَنْصُرُو لَمْ تَنْصُرَا لَمْ تَنْصُرَا لَمْ تَنْصُرَا لَمْ تَنْصُرُو لَمْ تَنْصُرِى 
Contoh dazfu harfillillati

لَمْ يَغْزُوَا لَمْ يَغْزُو لَمْ تَغْزُوَا لَمْ تَغْزُوَا لَمْ تَغْزُو لَمْ تَغْزِي لَمْ تَغْزُوَا
i'rab itu sendiri berbeda dengan harakat, harakat itu sendiri merupakan salah satu ciri dari i'rab.  Dari segi hukumnya i'rab itu terbagi dua yaitu mu'rab dan mabni. mu'rob yaitu i'rab yang berubah ubah sedangkan mabni i'rabnya tetap tak berubah ubah bentuk harakatnya karena mabni menetap dalam harakat yaitu dhammah,  fath, kasrah, dan sukun, serta tidak mempunyai ciri ciri i'rab, cuma hanya memiliki mahalul i’rab yaitu tempat keberadaannya yang sesuai dengan perintah amil.  Untuk lbih jelasnya lagi akan dijelaskan tentang mu’rab dan mabni.
Bila ada kesalahan mohon kritik dan sarannya.